Labels

Wednesday, March 20, 2013

Seputar apa itu Disleksia? (Part 2 of 3)

Apa Penyebab Disleksia

Tidak ada peyebab tunggal yang dikeahui untuk gangguan membaca; karena banyak disertai juga dengan gangguan belajar dan kesulitan berbahasa. Gangguan membaca kemungkinan adalah multifaktor. Pada tahun 1878 dr. Kussmaul dari Jerman melaporkan adanya seorang lelaki yang mempunyai kecerdasan normal tapi tidak dapat membaca, beliau menamakan keadaan ini sebagai “buta membaca” (reading blindness). Tahun 1891 Dejerine telah melaporkan bahwa proses membaca diatur oleh bagian khusus dari system saraf manusia yaitu di bagian belakang otak. Pada tahun 1896, British Medical Journal melaporkan artikel dari Dr. Pringle Morgan, mengenai seorang anak laki berusia 14 tahun bernama Percy yang pandai dan mampu menguasai permainan dengan cepat tanpa kekurangan apapun dibandingkan teman temannya yang lain namun Percy tidak mampu mengeja, bahkan mengeja namanya sendiri sebagai “Precy”. (Dewi, 2010). Pada tahun 1930-an sebuah penelitian menjelaskan gangguan membaca dengan model fungsi hemisferik sereberal, yang menyatakan korelasi positif gangguan membaca dengan tangan kiri, mata kiri atau lateralisasi campuran. (Kaplan, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Greb, 1997: 698). Penelitian terkini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan anatomi antara otak anak disleksia dengan anak normal, yakni di bagian temporal-parietal-oksipitalnya (otak bagian samping dan bagian belakang). Pemeriksaan functional Magnetic Resonance Imaging yang dilakukan untuk memeriksa otak saat dilakukan aktivitas membaca ternyata menunjukkan bahwa aktivitas otak individu disleksia jauh berbeda dengan individu biasa terutama dalam hal pemprosesan input huruf/kata yang dibaca lalu “diterjemahkan” menjadi suatu makna. (Dewi, 2010). Bukti diatas juga sejalan dengan beberapa penelitian dengan menggunakan pemeriksaan tomografi komputer (CT; computed tomography); pencitraan resonansi magnetik, telah menunjukan bahwa ada simetrisitas abnormal pada lobus temporalis dan parietalis orang dengan gangguan membaca. Merujuk kajian yang dilakukan oleh Dr. Galaburda (Abdullah, 2008) , susunan sel-sel otak seorang disleksia ternyata berbeda dibandingkan dengan otak orang biasa. Apabila dilahirkan, individu mewarisi gen daripada ibu bapanya. Oleh itu, masalah disleksia juga bisa dikatakan sebagai masalah keturunan. 88 % dari mereka yang mempunyai symptom disleksia mewarisi masalah itu dari keluarga atau bisa dikatakan keturunan. 12 % lagi mendapat masalah ini daripada masalah saat dalam kandungan atau pun setelah dilahirkan. Keterangan lain mengatakan bahwa gangguan membaca mungkin merupakan salah satu manifestasi dari keterambatan perkembangan atau keterlambatan maturasional. Peranan temperamental dilaporkan memiliki hubungan erat dengan gangguan membaca. Dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami gangguan membaca, anak penyandang diskleksia sering kali memiliki kesulitan dalam memusatkan perhatian dan memiliki rentang perhatian yang pendek. Beberapa penelitian menunjukan suatu hubungan antara malnutrisi dan fungsi kognitif. Anak yang kekurangan gizi untuk jangka watu yang panjang selama masa kanak-kanak menunjukan kinerja di bawah rata-rata dalam berbagai tes kognitif. Kinerja kognitif anak penyandang disleksia lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal yang tidak mengalami malnutrisi. Dari beberapa fakta diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab disleksia diataranya adalah :
  • Neurologis : Gangguan ini bukanlah suatu ketidakmampuan fisik, semisal kesulitan visual. Namun murni karena kelainan neurologis, yakni bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca oleh anak secara tidak tepat, terutama otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, ada perkembangan yang tidak proporsional pada sistem magno-cellular, yang berhubungan dengan kemampuan melihat benda bergerak (moving images) yang menyebabkan ukurannya menjadi lebih kecil. Kondisi ini menyebabkan proses membaca jadi lebih sulit karena otak harus membaca dan memahami secara cepat huruf-huruf dan sejumlah kata yang berbeda yang terlihat secara bersamaan oleh mata ketika mata men-scanning kata dan kalimat.
  • Keturunan : Menurut penelitian, 80% penderita disleksia mempunyai anggota keluarga dengan kesulitan belajar (learning disabilities) dan 60% di antaranya kidal (left-handedness).
  • Gangguan Pendengaran Sejak Dini : Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan tak terdeteksi, maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya.
  • Kombinasi : Kombinasi dari berbagai faktor di atas menjadikan kondisi anak dengan gangguan disleksia kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinue.
Sumber : http://tes-psikologi.com/disleksia?showall=1

No comments: